Arsitektur Tradisional Sulawesi Selatan Dalam Konteks Ketahanan Budaya Lokal.
Pemanfaatan model arsitektur tradisional pada bangunan masa kini, ternyata sering dianggap tidak lagi mampu sepenuhnya mengikuti dinamika kebutuhan masyarakat. Seringkali dianggap terjadi ketidakserasian antara keberadaan model arsitektur tradisional yang boleh dikatakan cenderung stagnan, dengan dinamika tuntutan kehidupan moderen yang selalu cepat berubah dengan variasi-variasinya. Pada banyak kasus, karena penerapan model arsitektur tradisional yang salah, tidak mengabaikan kaidah-kaidah sebagaimana mestinya mengakibatkan bangunan atau rumah itu bermasalah. Pemahaman seperti itulah yang mendasari pertimbangan hingga penerapan model baru pada arsitektur rumah atau bangunan masa kini dengan corak kekinian pula, tidak mau mengadopsi potensi arsitektur rumah tradisional. Kalau pun ada upaya-upaya menyerap model arsitektur rumah tradisional, maka proses adopsi itu secara umum masih belum cukup memuaskan karena hadir hanya sebagai tempelan artistik pemanis, sebatas ornamen ringan semata, bukan karena pertimbangan aktualisasi kekayaan arsitektur tradisional.
Ada pula paradigma yang menilai bahwa dalam konteks waktu, tradisional diidentikkan dengan masa lalu yang kuno dibanding dengan modern, ultra modern atau pasca modern yang sepenuhnya mencerminkan kekinian terbaru. Itu salah satunya yang menyebabkan rumah berarsitektur tradisional yang mengandung berbagai kearifan itu dinilai kuno, ketinggalan zaman hingga pelan-pelan mulai ditinggalkan pemangku kepentingan.
Padahal, sangat penting disadari bahwa transformasi model arsitektur tradisional ke arsitektur moderen sebenarnya dapat terproses secara baik dalam penataan ruang dan lingkungan dari waktu ke waktu, jika saja hal tersebut terus dilakukan dalam kesadaran tinggi. Mencari wujud arsitektur tradisional untuk rumah yang baru dengan penerapan secara bijak dan mematuhi kaidah-kaidah dengan tepat. Semakin cepat dilakukan transformasi akan semakin besar dan efektif manfaatnya bagi masyarakat. Alasan inilah yang mendasari pemikiran; pentingnya berbagi kesadaran untuk sama-sama berusaha menggali dan memahami kembali kearifan dan keunggulan yang terkandung dalam ranah arsitektur rumah tradisional. Kearifan dan keunggulan yang mulai tak diabaikan, ditinggalkan atau bahkan cenderung dilupakan itu. Ini perlu segera direvitalisasi.
Hasil penelusuran, pengkajian dan pelestarian kearifan lokal dalam yang masih dimiliki, perlu ditransformasikan untuk menjadi bekal pengetahuan dan keterampilan yang sangat diperlukan bagi pengembangan ilmu arsitektur, untuk generasi sekarang dan generasi penerus, serta bagi kelestarian alam dan lingkungan.
Penerapan wujud identitas dan karakter budaya lokal pada arsitektur rumah tradisional diberbagai kawasan wisata, seharusnya terus menerus dilakukan secara konsepsional. Agar dapat terlihat secara jelas bagaimana esensi kearifan budaya lokal yang diterapkan itu ternyata masih bisa sangat fungsional. Konsep arsitektur tradisional yang diterapkan pada kawasan wisata budaya lokal, bisa berperan menjadi transformator atas nilai yang ingin diwariskan untuk memperkokoh ketahanan budaya lokal sekaligus nasional.
Perlu pula selalu diperhitungkan, bagaimana penataan suatu kawasan wisata budaya dan sekitarnya yang menyatu dalam konsep arsitektur rumah tradisional setempat. Misalnya dengan penataan secara menyeluruh atas bangunan dan lingkungan diseputar Bola Soba dan jugaBalla Lompoa – rumah khas Bugis Makassar. Di kawasan itu, perlu dengan sengaja ditata suatu lanskap yang berorientasi pada arsitektur etnis Bugis-Makassar nan harmonis, misalnya; dengan menanam pohon lontara atau pohon pandan di tamannya sebagai salah satu cara mempertahankan aura masa lalu.
Suatu obyek arsitektur memang dapat menyandang lebih dari satu atribut kategorisasi, bergantung dari sudut pandang yang menilainya: Jika Rumah Tradisional Bugis Makassar seperti : Balla Lompoa, Bola Soba, dalam kenyataannya bahwa dibangun oleh masyarakat tradisional Bugis-Makassar berdasarkan kaidah budaya Bugis-Makassar, maka itu merupakan “Arsitektur etnis Bugis Makassar”; demikian pula bila mengingat “Balla Lompoa” tercipta berdasarkan kaidah dari bakuan teknik arsitektur yang telah diwariskan secara turun-temurun, maka itu merupakan ‘arsitektur tradisional’; Jika ditilik dari strata masyarakat bangsawan yang membangun dan menggunakannya maka Balla Lompoamasuk dalam kategori “arsitektur klasik”.
Begitu pula dengan Tongkonan ma’dandan atau batu a’riri yang merupakan “arsitektur etnis” Toraja, sekaligus merupakan “arsitektur tradisional”. Keberadaan model Tongkonan bisa dan perlu dikembangkan secara berkelanjutan sekaligus dipadukan dengan konsep arsitektur modern, apalagi mengingat Tana Toraja sebagai dareah tujuan wisata Sulawesi Selatan yang wisatawannya datang dari manca negara, tentunya mereka datang karena ingin menikmati keunikan budaya Toraja, salah satunya adalah melihat bentuk serta mengapresiasi arsitektur Tongkonan yang unik itu.
Untuk mewujudkan ketahanan budaya dan konteks pelestarian “Esensi”dan pengembangan “Substansi” arsitektur tradisional Sulawesi Selatan maka;
- Perlu upaya memahami esensi masing-masing nilai kearifan lokal untuk dilestarikan sebagai warisan budaya.
- Perlu upaya memahami substansi masing-masing nilai kearifan lokal untuk dikembangkan ke dimensi kekinian, seiring dengan perubahan waktu dan kemajuan teknologi yang bergerak ke masa depan.
- Bahwa mempertahankan jatidiri dan karakter etnis lokal amatlah penting di tengah deraan arus modernisasi dan kecenderungan universalisasi. Hal tersebut dapat ikut ditransformasikan melalui kesadaran akan keunggulan budaya yang dimiliki.
- Hidup dan kehidupan memang berhak terus berkembang seiring zamannya, namun perubahan lingkungan strategis etnis yang mengadopsi kearifan-kearifan lokal perlu pula terus ikut diperhitungkan dan dipertahankan guna menjadi roh bagi pengembangan sekaligus dan meningkatkan ketahanan arsitektur berciri tradisional.
Semakin cepat dilakukan kajian untuk menggali nilai dari kearifan arsitektur tradisional lokal dampaknya akan semakin baik, termasuk upaya-upaya transformasi, pewarisan nilai dan teknologi arsitektur tradisional dari para sesepuh, cerdik cendekia bidang budaya, sosiologi dan arsitek rumah tradisional akan sangat baik sebelum mereka terlanjur berpulang. Diharapkan dengan terwujudnya kelestarian arsitektur tradisional lokal Sulawesi Selatan dapat merajut kembali kejayaan masa lalu yang bermanfaat menjadi kebanggan masa kini. Warisan itu diwujudkan dalam explicit knowledge, yang sangat kita perlukan dalam memantapkan konsepsi ketahanan budaya lokal etnis oleh generasi masa kini dan generasi penerus dalam menghadapi tantangan masa mendatang.
Sumber: http://wahyudi-mustamin.blogspot.com/
ichankjuradi(c)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar